...................................................................

...................................................................
blog tempat anda dan saya belajar kawan mencoba lebih baik dari pada berdiam diri. dari kaum tertindas

Selasa, 15 Juli 2014

DENGAR UMAT PAPUA JIKA IBLIS TIDAK BISA MENGALAHKAN GEREJA, IA AKAN COBA MEMBELINYA



JIKA IBLIS TIDAK BISA MENGALAHKAN GEREJA,
IA AKAN COBA MEMBELINYA
Dengar, Umat Kristen Papua
Sejarah berulang dengan sendirinya.
Perhatikan peringatan sejarah ini.
Diawal sejarah kekristenan, gereja miskin dan dianiaya kegerakan yesus mulai dari wilayah termiskin di kekaisaran Romawi, propinsi kecil di timur palestina. Miskin, tidak berpendidikan dan dianiaya, kelompok kecil murid – murid ini menjadi terang dan bersinar di dunia yang gelap.
            Bagaimana Gereja mula – mula bertumbuh? Apakah mereka bertumbuh karena mereka kaya dan berkuasa? Tidak..!!
            Dalam dua abad pertama, wabah (penyakit besar) merusak kekaisaran Romawi. Umat kristen menunjukan kasih mereka melalui perbuatan baik mereka. Biasanya, ketika wabah melanda, penduduk orang kota akan pindah ke pedesaan untuk menhindari wabah dan banyak orang sakit ditinggalkan sendiri tanpa pengawasan.
            Orang – orang kristen mengambil resiko besar bagi diri mereka sendiri menganggap diri sudah mati didalam kristus dan hidup mereka hannya untuk memuliakan kristus tetap tinggal di kota – kota  berbahaya penuh dengan orang sakit dan mereka merawat orang sakit menjadi sembuh dan mengubur yang mati. Orang – orang kristen sebagian yang hannya membantu orang sakit selama kegelapan itu, dan siap mati bagi saudarah – saudari kami dalam kristus.
            Selama 3 abad pertama dari iman kristen, jemaat mula – mula bertumbuh dari sebuah kelompok kecil menjadi jutaan oarang yang terbusar, hukum atau peraturan, namun karena kasuh kebaikan yang ditunjukkan oleh mereka yang tidak berdaya dan miskin. Sama seperti di papua, israel adalah ujung paling timur dari kekaisaran Romawi  dan paling miskin. Mereka merasa tertindas dan merugikan dan polisi sering kali memperlakukan mereka denga tidak adil. Namun, Tuhan berkenan menggunakan propinsi ini untuk menyebarkan kemuliaan-Nya, dan imam kristen menyebar sampai ke pusat kota kekaisaran Romawi, dari timur ke jantung kota kerajaan, bahkan sampai ke kota Roma.
            Iblis marah. Dia seperti binatang liar, mulutnya berbusa. Dia mencoba untuk menghancurkan gereja dengan cara memaksa dan menganiayakan mereka, tetapi cara itu tidak berhasil. Iblis menimbulkan murka musuh kristus utnuk membunuh orang kristen, tetapi perjuangan iblis itu adalah sia – sia saja. Iblis membuat pemerintah Romawi untung megeluarkan undang – undang yang membatasi umat kristen, sia – sia juga.
            Semakin iblis bergerak membuat pemerintah berbuat jahat untuk menangkap dan membunuh orang kristen, dan semakin banyak orang kristen dibunuh karena imam mereka yang tetap teguh di tengah penganiayaan, semakin banyak orang tertarik dengan  cara pengorbanan diri orang kristen,  jemaat bertumbuh walaupun dalam penganiayaan, dan juga jemaat bertumbuh KARENA penganiayaan. Melalui cobaan ini mengungkapkan sifat sejati dari umat kristen seperti emas yang dimurnikan oleh apikesengsaraan. Penulis Tertulis menjelaskan tentang pernyataan benar ketika ia menulis, “Darah para martir adalah benih Gereja.” Orang yang mati syahid akan menyuburkan dunia untuk menerima injil.
            Salah satu orang kristen banyak dibunuh adalah kematian koliseum (arena atau gelanggang) Romawi orang kristen titangkap dan dipenjarakan. Mereka diberi pilihan untuk memberi korban kepada dewa pemerintah Romawi, atau mati. Yang harus mereka lakukan adalah kompromi sedikit dan membakar dupa sedikit saja kepada gambar kaisar Romawi, hal kecil saja di mata dunia. Tetapi, mereka menganggap bahwa itu hal yang jauh lebih baik untuk mati dari pada menyangkal Tuhan Yesus dan memperlakukan manusia biasa (Kaisar Romawi) seperti Tuhan. Orang – orang kristen ini akan diangkot ke stadion (Coliseum atau Arena) besar, mereka akan dilepaskan didepan ribuhan orang yang duduk di kursi diatas mereka. Dibawah stadion mereka berdiri, dan binatang liar akan dibebaskan untuk menyerang mereka atau mereka yang bersenjata akan turun dan mengeksekusi  (menjalankan hukuman mati kepada) mereka di depan umum sedangkan orang banyak menonton sebagai hiburan. Orang – orang kudus Tuhan dirobek oleh binatang buas, ada yang dipenggal kepalanya, diinjak – injak oleh kereta Romawi. Perempuan muda diseruduk oleh banteng. Orang – orang tua dipotong kepalanya. Dan mereka mengakhiri hidup mereka dalam doa, bahkan berdoa untuk penganiaya mereka dan menunjukan kasih Kristus, bahkan sampai mati.!
            Dari 12 murid, salah seorang pengkianat yaitu Yudas. Yang 11 menderita karena imam mereka. Semua kecuali Yohanes mati sebagai martir (orang mati syahid karena imam kepada Yesus). Yakobus direbus dalam minyak. Petrus ditangkap dan akan disalib seperti Yesus, tetapi petrus berkata bahwa ia tidak layak mati dengan cara yang sama seperti tuannya. Dengan demikian disalibkan terbalik sebagai gantinya. Yohanes diasingkan ke pulau Patmos. Stefanus dirajam. Tomas, tradisi mengajarkan ia dibakar di oven dan ditusuk dengan tombak. Tradisi mengatakan bahwa Rasul Paulus dipenggal di Roma. Mereka semua menderita kare imam mereka.
            Rencana iblis untuk meghapus jemaat dengan jalan membunuh orang – orang kristen tidak berhasil. Bahkan, serangan atas orang kristen oleh iblis membuat jemaat semakin kuat dengan terus bertambah. Bagaimana penganiayaan ini justru menambahkan gereka? Karena orang – orang kristen sejati yang tetap mengakui Kristus waktu mereka ada dalam situasi penganiayaan.
            Saat ini, itu hal yang gampang saja untuk orang yang mengakui diri sebagai orang kristen banyak orang papua beridentitas sebagai orang kristen. Tetapi jemaat mula – mula, untuk mengaku imam dalam Kristus adalah berbahaya dan orang yang bersaksi tentang Yesus harus siap membayar harga yang mahal.
            Juga, masyarakat yang menghakimi orang kristen, bukannya menurunkan semangat, malah meyakinkan orang untuk bertanya tentang imam yang memberikan keberanian tersebut dan imam pada orang dalam menghadapi kematian. “ Apa itu yang bikin orang – orang begitu penuh kasih walaupun kita menghina mereka dan menganiayakan mereka terus dengan keras? Apa yang membuat orang – orang kristen begitu berani bahkan ketika mereka digiring ke stadion Coliseum untuk dibantai seperti anak domba yang akan disembeli? Bagaimana mereka mampu untuk mati dalam damai seperti itu? Bagaimana mereka mati disahat sedang berdoa untuk musuh mereka?”
“ Imam Dalam Kristus!” Itu jawabannya.
            Dan banyak orang menjadi tertarik  dengan imam yang menghuba hidup seperti itu. Dan banyak yang melihat orang – orang kristen mati dengan kesaksian Kristus di bibir mereka membuat orang jadi percaya. Orang – orang yang datang ke stadion Coliseum sama seperti orang yang pergi ke bioskop untuk nonton film, mereka makan roti sambil menonton orang – orang kristen dibunuh karena imam, dan mereka akan bersorak. Tapi beberapa sahat setelah menonton orang kristen dianiaya oleh singa, dibunuh oleh pedang, dibakar di tiang, banyak penonton rindu untuk mengenal Yesus Kristus melalui kesaksian hidup orang kristen dan lebih lagi, kesaksian mereka ketika mati banyak orang yang pada awalnya bertepuk tangan sementara orang – orang kristen dibunuh, mereka sendiri menjadi kristen dan lalu ditangkap dan dibunuh dengan cara yang sama setelah percaya kepada Kristus melalui kesaksian para martir (orang yang mati syahid).
            Kemiskinan, penindasan, penganiayaan tidak bisa menghancurkan Gereja. Justru sebaliknya memperkuat gereja ya, mereka” (Roma 8). Mereka mati menunjukan ketergantungan mereka kepada Tuhan.
            Penganiayaan ini juga membawa kesatuan diantara orang kristen. Banyak orang dari berbagai ras dan suku bertemu bersama dan memuliakan Yesus Kristus. Tidak ada Yahudi atau Yunani, terikat atau bebas, suku Dani atau Yali, semua adalah satu didalam Kristus. Dan waktu mereka dianiayakan sampai mati, darah mereka semua punya warna yang sama. serangan iblis hannya membuat jemaat semakin kuat.!
Jadi, iblis mengubah taktik, dia ganti metode
Jika iblis tidak dapat menghancurkan gereja melalui penderitaan, ia akan mencoba menghancurkan gereja melalui kesenagan. Jika iblis tidak dapat mengalahkan orang kristen oleh imam mereka dengan cambuk, atau memotong mereka dengan pedang, iblis akan membuat orang kristen malas, nyaman, dari luar taat beribadah tapi dari dalam rohaninya mati, kaya dengan harta duniawi tetapi miskin dalam kehidupan rohani, diperlakukan dengan baik dan disukai oleh pemerintah iblis melakukan sebagai alat untuk melepaskan kuasa roh atas jemaat, hal – hal yang terlihat jelas seperti berkat, menjadi kutuk bagi Gereja ketika Gereja kehilangan kuasa roh.

                                                   penulis weby yikwa

MIRAS BUKAN BUDAYA PAPUA..!!!



Miras Bukan Budaya Papua
Oleh : webi yikwa
Amsal 20 : 1 :” Minuman keras membuat orang
Kurang ajar dan ribut. Bodohlah orang yang minum
Sampai mabuk.”

Di papua, dulu orang kampung tidak tauh miras. Adanya jalur transportasi, mendorong orang datang kampung berdagangan miras. Walaupun harganya mahal, mencapai rastusan ribu/botol. Namun tetap laku keras, mereka ingin merasakan pengaruh yang datang dari kota besar, seperti miras.
            Mereka, terutama kelompok muda meninggalkan kebun, ternak dan kebiasaan hihup tentram di kampung. Mereka mengimpikan kota. Ingin sama seperti orang kota. Mereka berbondong datang ke kota tanpa tujuan apapun, sekedar jalan – jalan datang hidup berfoya – foya di kota yang baru berkembang.
            Hingga kini, miras menyebabkan penyakit kangker yang lama kelamaha secara perlahan mematikan masyarakat. Dampak dari alkohol, di negara – negara koloni atau di negara – negara yang dijajah. Para penjajah (kolonialisme) mematikan fisik dan fisikis orang yang dijajah. Tentu ini dilakukan kepentingan politik (menguasai) dan ekonomi (barang). Indian dan suku Aborigin misalnya, mereka terbukti menjadi suku minoritas di negeri mereka sendiri.
            Masyarakat Papua menyadari, miras dapat menyebabkan kegaduhan dan perkelahian, bahkan sampai menghilangkan nyawa manusia, sesama etnis hingga keluarganya sendiri.
            Diakuinya, tingginya angka kasus HIV/AIDS dan peredaran gelap Narkoba di papua, berawal dari konsumsi miras, karena miras adalah pemicu tindakan kriminal, tak terkecuali peredaran gelap Narkoba yang berujung pada kasus HIV/AIDS.
            Sedangkan kaitannya dengan HIV/AIDS, seseorang dalam kondisi mabuk, sebagian besar melakukan dengan hubungan seks yang tidak aman atau tidak memakai pelindung (kondom), hal demikian, tentunya menjadi pemicu penyebaran HIV/AIDS di papua, yang setiap tahunnya meningkat secara terus menerus di papua.
            Jumlah kasus HIV yang sudah terdata mencapai kurang lebih 3.3 jiwa. Kebanyakan dari mereka adalah, anak muda dengan usia produktif. Jika hal ini dibiarkan, bukan tidak mungkin etnis dan kultural orang papua akan mengalami kepunahan. Sebuah petua di Papua mengatakan, “pace mace kalau cinta Papua, stop mabuk sudah!” sebagian besar mengkonsumsi Narkoba, sebelumnya mengkonsumsi miras. Dengan demikian maka miras adalah pemicu berbagai tindak kejahatan yang seharusnya diberantas.
            Miras Membunuh Karakter : miras terbukti merusak karakter, pola pikir dan jiwa orang papua. Orang papua sahat ini sulit bersaing dengan masyarakat lain dari luar Papua. Sahat ini di Papua secara sosial ekonomi mereka tetap miskin dan minoritas di negerinya sendiri. Bisa jadi, karakter papua sebenarnya adalah pekerja keras hidup melawan lebatnya hutan, derasnya sungai, indahnya alam, dan lain sebagainya, kini menjadi malas. Itu disebabkan. Adanya kontak dan masuknya budaya negatif dari luar, yaitu pengaruh miras. Terlebih sekarang banyak kelompok anak muda lebih doyan kumpul – kumpul sambil minum – minum minuman keras.
            Orang papua tidak akan keluar dari lingkaran kemiskinan dan Alkholisme terkecuali ada usaha dari mereka sendiri. Jelas, alkohol sangat membunuh tradisi dan nyawa masyarakat asli seperti yang terjadi di papua.
            Maka, anak muda Papua harus sadar dengan bahaya ini. Minuman keras itu membunuh fisik (tubuh) kita dan mental (cara berpikir) kita. Mari kita lawan bersama. Kalau anda tidak beli dan tidak minum  miras, maka anda sedang melawan minuman keras dan menyelamatkan diri dan bangsanya, Papua.
1 korintus 6 : 9 -10 : “ Atau tidak tauhka kamu, bahwa orang – orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan dapat bagian dalam kerajaan Allah.”


.

.
.