“LUNG’GIK MUSIK LOKAL ORANG PEGUNUNGAN
TENGAH”
“.Lung’gik (Pikon)
Bagi Orang Yang Menggenakannya.”
SOBATKU YANG KU BANGGAKAN |
“PENGANTAR”
Asal
mula lung’gik (pikon), Tidak semua orang tauh, termasuk mereka yang
menggenakannya. Menurut Webby Yikwa seorang mahasiswa asal pedalaman kabupaten Tolikara
yang dulu pernah meneliti suku dani tentang asal usul Koteka. Lung’gik (pikon)
berasal dari orang yang menggenakannya itu sendiri tidak ada lung’gik (pikon)
impor konon demikian.
Kalau
dibicarakan tentang asal usulnya, ternyata tidak ada sejarah yang unik didengar
dan tidak ada orang pembuatnya, sehingga sejarah tentang lung’gik (pikon) ini
hanya dibicarakan lewat cerita rakyat atau cerita dongen, kemudian jikalau kita
mendengarkan cerita ini ternyata ada rasa kepercayaan timbul, sehingga
pendengar jadi yakin dan percaya bahwa cerita ini bukan sebuah opini tetapi
memang fakta. Berikut liputan cerita.
Cerita
ini diangkat dari Bapak Yusup Yikwa seorang budayawan dan juga seorang mantri
belanda yang pernah melayani masyarakat mulai dari. Karubaga, danime, kanggime,
kembu, tiom, bogolakme, pirime, sampai di merauke, asmat, pante kasuari, dan
terakhirnya di bupul. Dari tahun 60-an hingga tahun 2010 masa pelayanan, tugas
dan kewajiban sorang mantri
“Katanya
tidak ada seorang ahli pembuat lung’gik (pikon) tetapi hanya timbul dari orang
yang menggenakannya itu sendiri, pada suhatu hari seorang Bapak sebagai kepala
rumah tangga berbuat salah yaitu (maluk) yang mengakibatkan darah (ap amiya).
Bapak tersebut membunuh seseorang panglima perang termasuk sahabatnya, dengan
alasan yang tidak jelas kemudian diusirlah seorang bapak itu oleh saudarahnya
dari kampung yang dia tinggal, pergi meninggalkan kampung halamannya karena
sanak saudara tiada yang pedulih maupun menemui, bercerita sesamanya seorang
bapak itu pergi dan mendiami disuatu lembah berbukit – bukit karena tiada orang
yang menemaninya selain binatang – binatag yang merayap maupun burung – burung
yang berkicauan.
Bapak
tersebut mencoba mulai berkomunikasih dengan binatang – binatang yang
berkelihara di sekitarnya berulang – ulang kali sayangnya karena tidak ada yang
bisa menjawab, bapak tersebit hannya bisa mengafal sedikit – demi sedikit suara
binatang tersebut. Kemudian pada suhatu hari dengan perkembangan pola pemikiran
bapak yang tadinya maka, pada waktu bapa diusir dari kampung halamannya hannya
membawa sebua tongkat yaitu “pinde” (sejenis bambu tetapi, hannya bangsa
kecil). Yang tumbuh subur di pinggir rumahnya kemudian bapak tadinya memotong
dan mencoba membuat sebua alat musik, ternyata alat musik yang tadinya bapak
buat itu jadi kemudian mencoba untuk memainkan ternyata suaranya nyaring dan
bunyinya enak didengar dari situlah bapak tersebut bisa memainkan irama musik
buatannya begitu dasyat.
Lebih
yang mengherankan lagi tadinya bapak meniru semua suara binatang bisa
mengucapkan lewat alat musik yang sudah buat tadi dari situlah alat tersebut
dinamakan “LUNG’GIK (Pikon)” Yang kini menjadi alat musik lokal asal papua di
pegunungan tengah. alat tersbut juga menjadi terkenal di dunia luar karena
adanya orang barat yang sering keluar amsuk di papua.Itulah cerita singkat tentang
lunggwik atau dalam kamus bahasa
indonesia menjadi pikon.
“KELEBIHAN LUNG’GIK”
Bisa meniru semua suara binatang
Bahannya dibuat dari bahan lokal
Cara buat tidak terlalu sulit
Mudah dimainkan
Sinar tidak ada, hannya cabang tiga yang
disebut, dua indukan dan satu anak (ogoba,
agalo, agaluk manggu olo).
Untuk memberikan kabar kepada teman atau
saudara memakai isyarat “lung’gik” tetang kewaspadaan terhadap musuh.
“KELEMAHAN LUNG’GIK”
Yang bisa buat lung’gik (pikon) hannya orang
tertentu saja
Yang bisa main hannya orang – orang tertentu
Lung’gik (pikon) hanya bisa dimainkan seorang
pria tapi perempuan juga bisa asal ada kepedulihan.
“BAHAN”
Pinde sejenis bambu ± 10 Cm
Pisau/katrek
Amplah halus
Tali, sepotong benang dari sisa ibu – ibu
membuat noken atau Cawat
FUNGSI PINDE (sejenis bambu tetapi bangsa kecil)
Untuk membuat lung’gik (pikon)
Untuk membuat lantai di honai
Untuk membuat anak panah
Dan juga pisau lokal
NAMA LUNG’GIK (PIKON)
Nama
lung’gik (pikon) dikarang sahat menemukan sampai hingga generasi penerusnya
yaitu anak – anak muda, sampai sahat ini nama lung’gik (pikon) sudah terkenal
dan juga menjadi salah satu simbol bagi orang yang menggenakannya pada zaman
modern ini para pemuda penerus musik lokal lung’gik (pikon) dinamakan lunggwik
salah satu “group band” hingga lebih heran lagi para wisatawan yang turun di
lembah baliem wamena. Langsung merekam dengan alat media dan merekapun
membelinya untuk gantungan perhiasan atau untuk rekoleksi di rumah mereka dan
membawa pulang ke negerinya untuk oleh – oleh kepada saudaranya sekalian bukti
bahwa mereka sudah sampai di tanah papua bagian lembah baliem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar